Seni Berdamai dengan Amarah

By Label: -

 
Oleh : Ummu Syam
 
Siapa sih di dunia ini yang tidak pernah marah? Semua orang di dunia ini pasti pernah marah, walaupun sekali dalam seumur hidupnya. Jangankan manusia, hewan pun bisa marah jika keberadaannya merasa terganggu.
 
Marah adalah perasaan yang manusiawi. Bahkan, para ahli psikologi modern mengatakan bahwa marah adalah suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada satu waktu, dan merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup.
 
Meskipun disebut perasaan yang manusiawi dan alami, seseorang harus memiliki kewaspadaan jika dia mudah sekali tersulut emosi bahkan karena hal-hal sepele sekalipun.
 
"What's happen with me?". Kiranya pertanyaan itulah yang harus sering dimunculkan sebagai permulaan untuk berintrospeksi diri jika kita berubah menjadi seorang yang pemarah.
 
Nah, di sini aku akan membahas mengenai seni berdamai dengan amarah yang ilmunya aku dapatkan dari buku "Seni Berdamai dengan Emosi" karya mbak Asti Musman.
 
Penasaran pastinya, kan? Yuk, yuk, yuk lanjut bacanya.
 
Amarah yang Terjebak dalam Tubuh
 
"Orang kuat bukanlah orang yang sering menang berkelahi, akan tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah."
(HR. Abu Hurairah)
 
Bukanlah perkara yang mudah untuk mengendalikan rasa marah, terlebih jika ada luka batin yang tersimpan dalam waktu yang cukup lama di dalam benak seseorang tersebut. Semisal luka batin yang disebabkan oleh perceraian kedua orang tua, orang-orang di lingkungan sekitar yang sering mengkritik, tindakan perundungan, dan lainnya.
 
Terlebih bagi seseorang yang memiliki kepribadian introvert (tertutup), yang notabene memilih untuk memendam luka batinnya, yang akhirnya menjadi bom waktu. Luka batin yang terjebak di dalam tubuhnya menyebabkannya menjadi pribadi yang mudah tersinggung, mudah marah bahkan karena hal sepele sekalipun.
 
Hal tersebut bisa menjadi perusak kehidupan dalam bidang keuangan, kesehatan, karir dan hubungan dengan sesama, bahkan dengan Allah SWT. Lebih jauh lagi, luka batin yang disimpannya itu bisa menyebabkannya menjadi stres, depresi dan rasa tidak karuan yang menyebabkannya putus asa sehingga mudah terpicu untuk melakukan tindakan di luar batas seperti bunuh diri.
 
Itulah mengapa Islam sendiri memandang bahwa marah adalah perasaan yang hendaknya dikendalikan, karena perasaan ini mencakup seluruh kejahatan.
 
Ketika seseorang tidak bisa mengendalikan kemarahannya, maka yang terjadi adalah perkataan yang menyayat hati dan tidak menutup kemungkinan terjadi kontak fisik berupaya penganiayaan bahkan bisa memicu terjadinya pembunuhan baik kepada orang lain atau kepada diri sendiri. Iih, ngeri!
 
Efek Melampiaskan dan Menekan Amarah
 
Ada seseorang yang bangga karena bisa menekan perasaan marahnya. Mungkin itu terlihat bagus ya, tapi sebenarnya dia sedang menabung bom waktu. Bahkan, tindakannya yang menekan rasa marah dapat menyerang secara fisik seperti perut kembung atau sakit kepala.
 
Ada juga yang berkata, "Saya bisa melepaskan perasaan marah". Tapi, bagaimana jika dia melampiaskan emosinya dengan merusak barang atau menyakiti fisik? Enggak deh.
 
Melampiaskan amarah dapat berakibat fatal pada diri sendiri bahkan juga bisa menyakiti orang lain, hal tersebut bisa menyebabkan kita dijauhi teman/rekan kerja. Terlebih bagi seorang ibu rumah tangga, yang dengan aktifitasnya yang tiada henti mengakibatkan mood-nya akan mudah berubah.
 
Jika seorang ibu mudah marah, maka tindakannya tersebut dapat melukai hati anak yang bisa menyebabkan trauma yang mendalam di benak anak sehingga bisa mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhannya. Luka di hatinya tersebut bisa ia bawa sampai dewasa bahkan seumur hidup.
 
Selain itu, melampiaskan amarah juga dapat berefek kepada fisik seperti mengalami gangguan jantung dan kepala, bahkan bisa menyebabkan sakit jantung, vertigo, atau kanker otak.
 
Tidak hanya melampiaskan amarah saja yang berakibat fatal, hal tersebut juga berlaku dalam memendam atau menekan amarah. Orang yang memendam atau menekan amarah, efeknya mereka biasanya melakukan hal-hal yang berlebihan seperti tidur berlebihan, makan berlebihan, kerja berlebihan (untuk menghindari konflik) dan seks berlebihan yang jika dilakukan kepada bukan pasangan sah bisa menyebabkan HIV/AIDS dan penyakit kelamin menular lainnya.
 
Selain itu emosi negatif akan membuat sikap kita mudah berubah. Seperti contohnya pada jam ini kita bisa tersenyum ramah kepada tetangga kita, tapi satu jam kemudian kita justru tersenyum ketus kepada tetangga kita. Mood kita yang mudah berubah, orang lain bisa jadi korbannya. Akhirnya, sikap sopan santun bisa hilang dan kita bisa melakukan hal yang berlebihan misalnya lembur tanpa memperhatikan kesehatan atau mencuci motor di jam dua pagi.
 
Sama-sama enggak enak, kan? Keduanya memiliki reaksi emosional, fisik dan sosial masing-masing. Lalu, bagaimana sih cara meredakan respon amarah?
 
Meredakan Respon Amarah
 
Islam adalah seperangkat aturan yang menyeluruh dan terperinci. Dari bangun tidur sampai bangun negara Islam atur. Jangankan bangun negara, masuk ke tandas saja Islam atur. Pun dengan meredakan respon amarah. Tapi sayangnya, kita suka lupa-lupa ingat nih sama tips-tips meredakan respon amarah ala Islam, iya kan? Hehe
 
Rasulullah Saw bersabda,
"Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.”
(HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782)
 
Tuh, kan! Islam itu sempurna banget. Selain dengan melakukan gerakan dari berdiri, kemudian duduk, dan terakhir yaitu berbaring (tidur), juga bisa dilakukan dengan cara berwudhu, beristighfar dan memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk.
 
Selain itu bisa juga dengan melakukan teknik Touch and Breath Method, lho! Teknik ini adalah teknik meredakan emosi (amarah, khawatir, takut atau emosi negatif lainnya) yang diperkenalkan oleh Irma Rahayu. Sensasi yang ditimbulkan saat emosi memuncak bisa berupa sakit, akan tetapi juga bisa berupa rasa kebas, ngilu atau getaran saja.
 
Berikut ini adalah teknik Touch and Breath Method:
 
1. Bagian tubuh kita yang sakit, kebas, ataupun terasa seperti ada getaran, sentuhlah dengan tangan.
2. Jika rasa sakit ada di bagian yang tidak terjangkau, misalnya punggung, maka visualisasikan atau gambarkan seolah-olah punggung itu ada di depan kita, lalu sentuhlah.
3. Sekarang lakukan pernapasan yang teratur dan lelah. Pusatkan pada sentuhan itu.
4. Setelah beberapa saat, visualisasikan nafas yang kita hidup dipindahkan ke bagian yang sakit itu, seolah nafas keluar masuk melalui bagian yang kita sentuh.
5. Jika rasa sakit, kebas atau getaran menurun, maka segera sambung dengan doa permohonan kepada Allah SWT agar kita terbebas dari rasa yang tidak enak itu, lalu lepaskan! Ucapkan syukur setelah kita 
melakukannya.
 
Touch and Breath Method ini juga bisa dilakukan kepada orang lain, dengan cara melakukan yang sama seperti melakukan pada tubuh sendiri yaitu dengan menyentuh bagian yang sakit dari orang itu dengan seizinnya kemudian kita melakukan nafas penyembuhannya. Dan jangan khawatir juga jika kemudian kita merasakan sensasi yang hangat atau panas di telapak tangan, itu adalah reaksi biasa.
 
Tadi adalah tips meredakan respon emosi. Lantas, bagaimana kita bisa mengenali dan mengatasi amarah kita? Nasihat klasiknya adalah koreksi kedekatan kita kepada Allah SWT, kenali diri sendiri. Sadarilah bahwa hidup ini tidak sempurna karena hitam putihnya kehidupan, tetap berhusnudzon (positive thinking), bersyukur, perbanyaklah amalan sunnah dan berdzikir. Mantap jiwa!
 
Tips Meredakan Stres
 
Ada beberapa penyebab mengapa seseorang mudah sekali marah, salah satunya adalah stres. Stres pun disebabkan oleh banyak faktor seperti tekanan di tempat kerja, kekecewaan terhadap seseorang, aktivitas yang tiada henti, dan sebagainya.
 
Berikut adalah tips untuk meredakan stres.
 
• Dekatkan diri dengan Tuhan
 
Pepatah mengatakan, "Make sure your relationship with Allah is sweeter, even when your life is bitter". Seberapa besar pun masalah kita, seberapa dalam pun luka batin kita, tetaplah dekat dengan Allah. Allah tempat kita berlindung dan bersandar. Mohon ampunlah jika kita mudah marah, bacalah Al-qur'an setiap saat, hidupkanlah sunnah dalam kehidupan kita. Semoga Allah ijabah segala doa dan harapan kita.
 
• Teriak!
 
Kalian pernah nonton serial drama televisi Taiwan Meteor Garden? Ada satu scene dimana Hua Zhe Lei (Vic Chou) dan San Chai (Barbie Shu) berteriak untuk menghilangkan stres. Ternyata literatur psikologi menyarankan cara ini untuk menghilangkan stres atau meredakan amarah, lho!
 
Carilah ruang atau tempat yang sepi, tarik nafas pelan-pelan, tarik nafas lagi dan berteriaklah! Berteriaklah sampai stres itu hilang!
 
• Catat dan Syukuri
 
Ambilah secarik kertas dan tulis setidaknya lima hal yang kita syukuri hari itu. Jadikan aktivitas ini sebagai rutinitas setiap hari. Kita pasti akan terkejut betapa banyak sekali nikmat Allah SWT yang patut kita syukuri. Dengan terus bersyukur, hal ini akan melatih kita untuk terus berfikir positif.
 
• Dengarkan musik kesukaan kita
 
Percaya kan kalau kita mendengarkan lagu sedih, suasana hati kita pun akan diajak untuk larut memaknai lirik dari lagu tersebut. Kalau mau menangis, menangislah! Lagu melankolis akan membuat kita untuk menghargai hidup. Atau bisa juga memutar lagu yang beat-nya oke dan dinamis akan membuat kita bersemangat. Mendengarkan lagu sambil menari atau jingkrak-jingkrakan juga boleh, selama itu tidak menganggu orang lain. Hihi.
 
• Rapikan
 
Kalau sedang stres cobalah untuk merapikan tempat kerja, meja belajar, atau tempat tidur. Perasaan yang puas terhadap sesuatu terbukti dapat menghilangkan stres. Hmm... Boleh dicoba, nih.
 
• Hirup wewangian
 
Kalau aku paling suka dengan aroma kopi, membuat pikiran jadi rileks dan otak jadi bekerja lebih fokus. Mood aku naik lagi, deh! 
 
Marah Dipengaruhi oleh Pola Asuh Orangtua
 
Sebuah iklan gula untuk penderita diabetes mengatakan bahwa keturunan diabetes beresiko 6x terkena diabetes. Percaya? Tentu saja percaya karena ini bukan berdasarkan "kata orang" tapi berdasarkan penelitian.
 
Apakah itu juga berlaku untuk sifat pemarah? Ternyata penurunan atau warisan sifat pemarah dari orangtua juga sangat dimungkinkan, lho. Sama seperti pola makan, pola hidup atau karakter yang dicontohkan oleh orangtua. Untuk itu para orangtua berhati-hatilah dalam mendidik anak-anak. Kebiasaan marah-marah juga bisa dicontoh oleh anak. Duh, introspeksi banget ini!
 
Sifat pemarah yang diwariskan tersebut akan semakin menjadi jika juga diperkeruh dengan faktor lain seperti perceraian dan kurang kasih sayang dari orangtua.
 
Nah, kita sebagai anak harus memutus tali emosi amarah ini. Karena emosi amarah tidak baik untuk kesehatan mental dan fisik kita. Caranya? Ada satu cara yang diperkenalkan oleh Irma Rahayu, namanya metode Forgiveness Therapy. Yuk! kita lihat metode terapinya seperti apa.
 
1. Duduklah dengan santai dan mata terpejam.
2. Hadirkan peristiwanya.
3. Rasakan emosi kita terhadap peristiwa itu.
4. Panggil orang yang terlibat dan berhubungan dengan emosi kita.
5. Ungkapkan perasaan jujur padanya.
6. Bila semua sudah disalurkan, maka tariklah nafas panjang.
7. Berdoalah untuk kebaikan dia.
8. Sekarang bukalah mata dan ungkapkan berikut:
 
"Saya menerima segala perlakuan kamu yang menyakiti saya. Saya mohon maaf atas segala prasangka buruk padamu, kata-kata buruk yang kamu ucapkan, tindakan dan perilaku yang kamu lakukan padaku. Semoga Allah SWT melindungi kita. Aamiin.''
 
9. Ucapkanlah berulang-ulang kata-kata di atas hingga kita merasa nyaman. Jika ada bagian tubuh terasa sakit atau tidak nyaman, maka terimalah dengan ikhlas. Itu merupakan tanda bahwa proses pengeluaran emosi negatif sedang berlangsung.
 
Kita juga bisa membuat kalimat sendiri dengan inti yang sama. Terapi ini juga tidak hanya untuk memaafkan orangtua, bisa juga digunakan untuk terapi memaafkan tetangga, teman sekolah, rekan kerja atau siapapun itu yang membuat kita marah, yang membuat kita kecewa. Orangtua pun bisa melakukan terapi ini sebagai afirmasi untuk memaafkan kesalahan diri sendiri kepada anak dan kemudian introspeksi diri.
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Rasulullah , ‘Berilah aku wasiat.’ Kemudian Beliau menjawab, ‘Janganlah engkau marah.’ Lelaki itu mengulang-ngulang permintaannya, (namun) Nabi (selalu) menjawab, ‘Janganlah engkau marah” (HR. Bukhari).
 
Jangan marah! Jangan marah! Jangan marah! Marah tidak akan menyelesaikan masalah, marah hanya akan membuat kita menderita dan menyesal. Fisik kita akan sakit, mental kita pun akan sakit. Bersabarlah, ikhlaslah, bersyukurlah, cintailah dirimu sendiri! 💓
Posting Komentar

Back to Top