Pearl Harbor dan Konspirasi Roosevelt

By Label: -

 
Oleh : Ummu Syam
 
Ada yang pernah nonton film Pearl Harbor? Ya, film yang rilis pada tahun 2001 ini berkisah mengenai cinta segitiga antara Kapten Rafe, Kapten Danny dan Suster Evelyn yang dilatarbelakangi tragedi Pearl Harbor (Pelabuhan Mutiara).
 
Tragedi Pearl Harbor terjadi pada 7 Desember 1941. Pangkalan Angkatan Laut milik Amerika Serikat yang bertempatkan di pulau Oahu, Hawaii, Barat Honolulu ini secara mendadak diserang oleh pasukan Jepang. Sebanyak 21 kapal armada Pasifik tenggelam,188 pesawat terbang musnah dan 159 lainnya mengalami kerusakan. Orang-orang Amerika yang tewas sebanyak 2.403 orang. Jumlah tersebut termasuk 68 orang sipil, dan ada 1.178 anggota militan dan orang-orang sipil terluka.
 
Namun, tidak ada banyak orang yang tahu bahwa penyerangan ini adalah konspirasi Amerika Serikat belaka di bawah kepemimpinan Presiden Roosevelt agar bisa bergabung ke dalam kancah Perang Dunia II. Dengan kata lain, perang adalah gerbang utama bagi Amerika Serikat untuk menguasai dunia.
 
Perang adalah Sarana Imperialisme
 
Pada hakikatnya, perang adalah salah satu cara untuk mewujudkan ambisi imperialisme. Kita mungkin tidak menyadari konflik antara Israel-Palestina di Gaza, dimana ada campur tangan Amerika Serikat di dalamnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengukuhkan imperialisme Amerika Serikat di Bumi Al-Quds tersebut.
 
Konflik di Yaman, Libanon, Suriah dan negara lainnya. Hampir di seluruh negara di dunia ditemukan adanya imperialisme Amerika Serikat.
 
Jauh sebelum itu, tragedi Pearl Harbor faktanya telah mengubah tatanan dunia abad ke-19 yang membuka gerbang bagi Amerika Serikat untuk menguasai dunia di bawah tekanan sistem Demokrasi-Kapitalisme.
 
Dan inilah konspirasi Roosevelt atas Pearl Harbor.
 
Roosevelt: Sang Diktator
 
Salim Fredericks menjelaskan tragedi Pearl Harbor dalam bukunya "Invasi Politik dan Budaya Asing". Di dalam bukunya tersebut ia menuliskan bahwa pada saat ini sudah ada dokumentasi yang cukup baik dan lengkap, akan keterlibatan Presiden Franklin D. Roosevelt dalam memprovokasi Jepang untuk menyerang Pearl Harbor.
 
Sebenarnya, Roosevelt telah lebih dulu mengetahui rencana penyerangan tersebut; dan selama ini ia berusaha untuk menutup-nutupi kesalahannya karena ia tidak memberikan peringatan kepada para panglimanya di kepulauan Hawaii.
 
Pemerintah Amerika Serikat telah diperingatkan oleh —paling tidak— pemerintah Inggris, Belanda, 
Australia, Peru, Korea dan Uni Soviet. Bahwa sebuah serangan dadakan atas Pearl Harbor akan segera terjadi. Sebuah pesan rahasia pasukan Jepang telah berhasil dipecahkan sebelum serangan tersebut. Komandan OP-20-SG dari pasukan SIS, yakni Stafford dan Friedman adalah dua orang di dunia yang tahu persis isi pesan rahasia tersebut. Mereka mengatakan bahwa Roosevelt tahu kalau Pearl Harbor akan diserang.
 
Roosevelt memerlukan serangan tersebut agar ia memiliki alasan untuk melibatkan diri dari peperangan, karena publik dan Kongres sangat menentang keikutsertaan Amerika Serikat dalam perang di Eropa. Jadi, peristiwa tersebut berfungsi sebagai pintu belakang bagi Amerika Serikat untuk ikut serta dalam Perang Dunia II.
 
Abraham Lincoln berkata, "Sentimen publik adalah segalanya. Dengan dukungan sentimen publik, tak ada satu pun upaya yang akan gagal. Sebaliknya, tanpa hal itu (sentimen publik) tak ada satu pun yang akan berhasil. Orang yang membentuk opini lebih berkuasa daripada orang yang membuat hukum."
 
Ungkapan Lincoln ini benar-benar direalisasikan oleh Roosevelt. Pada bulan November 1941, Roosevelt memerintahkan direktur Red Cross Disaster Relief (Palang Merah Penolong Korban Bencana) untuk mempersiapkan upaya pertolongan besar-besaran terhadap para korban di Pearl Harbor secara rahasia, karena Roosevelt akan membiarkan serangan itu terjadi.
 
Ketika direktur Palang Merah itu mengajukan protes kepada Presiden, Roosevelt mengatakan kepadanya, bahwa "Rakyat Amerika tidak akan pernah menyetujui keterlibatan mereka dalam Perang di Eropa, hingga mereka diserang di wilayah perbatasannya sendiri" (US Naval Institute — Naval History — Advance Warning? The Red Cross Connection by Daryl S.Borgquist).
 
Sebelum peristiwa 7 Desember 1941 itu terjadi, saat musim panas (14 Agustus) pada Konferensi Atlantik, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill menyatakan, "bahwa Roosevelt mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk (terlibat) dalam peperangan". Churchill mengirim pesan kepada para anggota kabinetnya, "(Roosevelt) telah bertekad bulat untuk memasuki (perang) ini".
 
Konsekuensi keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia II ini adalah keberhasilan Amerika Serikat dalam menciptakan kekuasaan global dari rampasan perang yang dapat mereka peroleh. Semua rampasan perang dan organisasi-organisasi internasional yang dibentuk oleh Amerika Serikat pasca Perang Dunia II, seperti PBB, Bank Dunia, IMF, berkonsolidasi menjadi satu imperium baru yang dikuasai sepenuhnya oleh Amerika Serikat.
 
Semua orang tahu dampak dari perang ini, semua orang tahu bagaimana Amerika Serikat membalas dendam kepada Jepang atas 'kekalahannya' di Pearl Harbor dengan cara membombardir Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom. Bagi Roosevelt, dampak dari peperangan ini utamanya beribu-ribu nyawa yang melayang adalah harga yang murah untuk mendapatkan kekuasaan atau kolonialisme yang jauh lebih besar pasca peperangan. Di samping itu, setelah peristiwa Pearl Harbor, Mahkamah Agung Amerika Serikat memerintahkan pengumpulan dan penahanan sekitar 100.000 warga Amerika Serikat keturunan Jepang selama perang.
 
Inilah penghinaan yang dilakukan Roosevelt terhadap warga negaranya sendiri. Meminjam ungkapan Roosevelt yang paling terkenal bahwa orang-orang itu harus merasa, "lebih takut dari rasa takut itu sendiri". Demikianlah, bagaimana warga Amerika Serikat merasakan kebrutalan sebuah pemerintahan yang tidak memberi perlindungan, yang dipimpin oleh seorang diktator penindas rakyat.
 
Begitulah adanya penguasa dalam sistem Demokrasi. Ia tidak akan pernah bisa menjamin hidup rakyatnya baik berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, maupun keamanan. Karena Demokrasi telah mengajarkan seorang pejabat negara menjadi diktator bahkan sekaligus menjadi pembunuh berdarah dingin bagi rakyatnya.
 
Konspirasi Pearl Harbor telah terungkap, yang berarti sekurang-kurangnya kita telah mengetahui bahwa hidup dalam naungan sistem Demokrasi itu penuh dengan kepalsuan dan pengkhianatan. Inikah yang disebut dengan "pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat" itu?
 
Wallahu a'lam bish-shawab.

Posting Komentar

Back to Top