Pada 16 Agustus 2020 lalu, perancang busana kondang Oscar Lawalata menjadi sorotan publik. Itu karena ia mengunggah video di channel YouTube pribadinya The Lawalatas dengan judul "The Untold Story of Oscar Lawalata - Merdeka Diri!". Melalui video yang berdurasi 11.42 menit tersebut, Oscar Lawalata mengungkapkan bahwa ia resmi menjadi seorang transgender.
Dalam video tersebut, Oscar yang mengubah namanya menjadi Asha Smara Darra mengatakan bahwa ia merasa menjadi transgender sejak kecil. Dengan melalui proses yang panjang nan alot, akhirnya diusianya yang ke-43 tahun ia baru bisa mewujudkan mimpinya itu.
Jauh sebelum Oscar Lawalata memutuskan menjadi seorang transgender, ada Dena Rachman yang telah lebih dulu memutuskan untuk menjadi transgender.
Dalam program "Hitam Putih" yang dipandu oleh Deddy Corbuzier pada tahun 2013 silam, mantan penyanyi cilik tahun 90-an itu mengatakan, "It's a gradual phase. Saya selalu merasakan yang berbeda sejak kecil. Katakanlah sejak lima tahun. I know, it sounds so typical, tapi itulah yang aku rasakan. Tidak ada orang yang benar-benar merasakan apa yang aku rasakan."
Merasa 'berbeda' sejak kecil, merasa terjebak di tubuh yang salah, merasa seperti perempuan/laki-laki adalah alasan klasik yang kerap diutarakan oleh para pelaku transgender.
Transgender dalam dunia medis dikenal dengan gender identity disorder. Namun pada Mei 2013, di Amerika Serikat istilah tersebut direvisi karena mendapat protes dari lembaga sosial masyarakat serta kaum transgender. Sehingga istilah gender identity disorder kemudian diubah menjadi gender dysphoria.
Menurut dokter Andri dari RS. OMNI Alam Sutera, gender dysphoria adalah orang yang tubuhnya berada pada jenis kelamin yang salah. Misalnya seseorang terlahir sebagai laki-laki namun ia merasa bahwa dirinya adalah perempuan dan sebaliknya.
"Ini memang suatu gangguan mengenai identitas diri," ungkap psikiater yang mengambil pendidikan spesialis Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. (Liputan 6, 11/5/2015)
Lantas, benarkah perilaku seksual menyimpang ini disebabkan oleh suatu gangguan mengenai identitas diri?
Jika kita menengok Alquran telah jelas firman Allah SWT bahwa Allah hanya menciptakan dua jenis manusia yaitu perempuan dan laki-laki. Agar keduanya bisa saling menyempurnakan dan memperoleh keturunan.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى ...
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan..." (QS. Al-Hujurat (49) : 13)
وَمِنۡ كُلِّ شَىۡءٍ خَلَقۡنَا زَوۡجَيۡنِ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُوۡنَ
"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)." (QS. Az-Zariyat (51) : 49)
Itu artinya, perilaku seksual menyimpang ini bukan karena gangguan mengenai identitas diri, karena adalah sebuah kemustahilan jika Tuhan keliru dalam menciptakan sesuatu. Sesungguhnya, perilaku seksual menyimpang ini memberikan alarm kepada kita bahwa ada gangguan lain yaitu gangguan krisis agama yang membuat seseorang merasa kebingungan dengan identitas dirinya.
Inilah krisis yang dialami di seluruh negara di dunia. Krisis ini terjadi karena penerapan sistem Kapitalisme dimana memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme) menjadi ciri khasnya. Selain itu, liberalisme (kebebasan) pun menjadi nafas bagi masyarakatnya dalam menjalankan setiap aktivitasnya.
Maka, persepsi-persepsi yang diutarakan para transgender adalah persepsi salah yang merupakan buah dari pemikiran liberalisme, menjadikannya tolak ukur untuk melegalkan perilaku seksual menyimpang tersebut. Mereka berani speak up, mendorong orang lain untuk menerima perilaku seksual menyimpang tersebut dengan mengatakan bahwa ini adalah hak asasi manusia. Padahal, yang ditunjukkan sebenarnya adalah sebuah keprihatinan mengenai persepsi salah mereka dalam memahami hakikat akan kodrat yang sudah Allah gariskan.
Zamane zaman edan. Begitulah Bahasa Jawa mengungkapkannya. Dewasa ini, kebatilan mudah tersebar, orang-orang tak lagi memiliki urat malu untuk menceritakan aibnya, laki-laki menjadi perempuan dan perempuan menjadi laki-laki. Begitulah tanda-tanda akhir zaman, ketika kemaksiatan merebak di masyarakat dan masyarakat dengan pemahaman liberalnya mendukung kemaksiatan tersebut.
Lalu, apa sebenarnya yang membuat para transgender ini menyimpang dari kodrat mereka? Benarkah bahwa alasan klasik tersebut yang membuat mereka menyimpang dari kodrat?
Barangkali hadits Rasulullah Saw ini memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut bahwa,
"Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi" (HR. Bukhari-Muslim)
"Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah". Makna seorang anak dilahirkan fitrah adalah ia dilahirkan dalam keadaan muslim, memiliki kecintaan terhadap Penciptanya. Mengakui kerububiyahan Allah dan ketundukan kepada-Nya dengan penghambaan, sebagaimana dalam firman-Nya,
وَ اِذۡ اَخَذَ رَبُّكَ مِنۡۢ بَنِىۡۤ اٰدَمَ مِنۡ ظُهُوۡرِهِمۡ
ذُرِّيَّتَهُمۡ وَ اَشۡهَدَهُمۡ عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ ۚ اَلَسۡتُ
بِرَبِّكُمۡ ؕ قَالُوۡا بَلٰى ۛۚ شَهِدۡنَا ۛۚ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا يَوۡمَ
الۡقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنۡ هٰذَا غٰفِلِيۡنَ
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A'raf (7) : 172)
Maka, hal ini pun berlaku dalam penciptaan manusia bahwasannya setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan membawa kodrat, jodoh, rezeki dan mautnya masing-masing. Ini tidak bisa diganggu gugat, dan tidak bisa ditawar.
"Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi". Karena itu setiap anak yang lahir, ia berada dalam pengasuhan kedua orang tuanya. Ia akan mengikuti agama kedua orang tuanya. Dalam hal penyimpangan perilaku seksual, orang tuanya jugalah yang membuatnya menjadi transgender. Dengan cara apa? Dengan cara menerima keputusan anaknya untuk menjadi transgender hanya karena orang tua menyayangi anak mereka. Apakah masih pantas disebut sayang jika orang tua menjerumuskan anaknya ke lembah kemaksiatan?
Tidak hanya itu, orang tua yang tidak bisa menerima takdir dari Yang Maha Kuasa bahwa anak mereka lahir ke dunia berbeda dengan yang mereka inginkan (jenis kelaminnya), juga memiliki peranan penting sebab seorang anak bisa berperilaku menyimpang dari kodratnya.
Dari sifat tidak mensyukuri karunia yang sudah diberikan oleh Allah itulah, para orang tua mendandani anak mereka selayaknya seperti anak yang mereka inginkan, pun dengan didikannya.
Selain itu, rata-rata para pelaku transgender mereka tertarik dengan tubuh perempuan. Tubuh perempuan memang selalu diidentikkan dengan objek seksual, yang mampu menaikkan libido para kaum Adam. Hal ini bisa menjadi latar belakang mengapa seseorang mau merubah alat kelaminnya atau berpenampilan seperti perempuan. Akhirnya, para pelaku transgender pun membuat ajang kecantikan khusus untuk transgender. Tubuh mereka meliuk-liuk berjalan di atas catwalk dengan pakaian yang serba minim.
Merekalah orang-orang yang dilaknat oleh Rasulullah Saw sebagaimana dalam sabdanya.
Dari Ibnu Abbas ra, dia berkata: "Rasulullah Saw melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki" [HR. Al-Bukhari, no. 5885; Abu Dawud, no. 4097; Tirmidzi, no.
2991]
Lingkungan masyarakat, lingkungan pertemanan, dan peraturan negara pun sangat mendukung dalam membentuk pribadi seseorang untuk melakukan penyimpangan seksual LGBT.
Para pelaku LGBT tersebut didukung oleh negara bahkan internasional, terbukti dengan pengadilan Mahkamah Konstitusi yang menolak permohonan perluasan makna (Judicial Review) pasal-pasal asusila dalam undang-undang KUHP yaitu pasal 284, 285, 289 yang diprakarsai oleh guru besar IPB, Prof. Euis Sunarti dan ibu-ibu peduli generasi pada kamis (14/12/2017) lalu. Perilaku menyimpang ini juga didanai oleh beberapa organisasi dunia seperti United Nations (PBB), UNDP, dan UNVA.
Inilah kerusakan yang telah nampak di muka bumi tersebab diterapkannya sistem buatan manusia. Karena perilaku menyimpang inilah, kaum Nabi Luth as mendapatkan azab dari Allah SWT. Haruskah kita pun menunggu teguran dari Allah SWT karena membiarkannya?
Apa yang dilakukan oleh Oscar Lawalata dan Dena Rachman sejatinya telah menodai ikatan suci pernikahan. Bahkan, Oscar mengatakan bahwa pernikahan itu hanya sebuah kertas, karena ia menganggap bahwa menikah dan cinta itu adalah sesuatu yang berbeda.
Tidak hanya itu, perilaku seksual menyimpang LGBT pun telah meniadakan profesi seorang ibu. Dimana untuk memiliki anak, dengan mudahnya mereka akan membeli sperma di Bank Sperma atau menyewa rahim seperti yang pernah dituturkan Jeremy Teti. Dan jika perilaku menyimpang ini dibiarkan begitu saja, maka akan menyebabkan menurunnya jumlah populasi/generasi dan kekacauan nasab (garis keturunan).
Karena itulah Islam melaknat perilaku menyimpang ini. Islam justru telah memberikan jalan keluar untuk menyampaikan hasrat seksual dengan menikah, jika tidak mampu maka dianjurkan untuk berpuasa.
Islam pun akan memberikan sanksi tegas bagi para pelaku penyimpangan seksual LGBT, yaitu dengan melempar para pelakunya dari bangunan tinggi. Inilah hukuman yang setimpal untuk mereka. Menjadikannya Jawabir (penebus dosa) untuk mereka ketika di akhirat kelak, dan menjadi Zawajir (pencegah dosa) bagi orang-orang yang beriman. Seperti itulah seharusnya hukum: tidak pandang bulu dan memberi efek jera.
Maka, jika Oscar Lawalata dan Dena Rachman merasa berbeda dengan yang lainnya, merasa berada di tubuh yang salah. Yang harus pertama mereka lakukan adalah mengoreksi kedekatan mereka dengan agama. Jika mereka mau mengoreksi kedekatannya dengan agama, mungkin mereka tidak akan bertanya-tanya mengenai identitasnya, dan tidak akan menjadi transgender.
Bahkan dalam agama Kristen yang dianut Oscar Lawalata pun melaknat perilaku menyimpang ini. Korintus 6:9 mencatat: ''Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dari Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit''.
Namun, dari sini kita belajar bahwa Maha Benar Allah dengan firman-Nya,
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا
"... Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya." (QS. Al-Kahfi (18) : 17)
Itulah pentingnya untuk selalu menggunakan agama di setiap kondisi, sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang sesat. Penting juga untuk mengoreksi kedekatan kita dengan agama atas setiap kemaksiatan yang dilakukan, menjadikannya bahan introspeksi diri untuk hari kemudian. Dan lebih penting lagi yaitu menegakkan syariat Islam dalam naungan Negara Islam untuk menerapkan syariat Islam secara menyeluruh, karena hanya syariat Islam lah yang mampu memelihara akidah, negara, keamanan, kekayaan, keturunan, kemuliaan, akal dan nyawa setiap warga negaranya. Dan adalah sebuah kemustahilan jika syariat Islam dapat diterapkan secara menyeluruh dalam naungan negara yang menerapkan sistem Kapitalisme.
Wallahu 'alam bish-shawab.